Senin, 31 Maret 2014

Tantangan Hidup di Kota Besar - Pelajaran di Awal Milinium Baru


“Berjumpa Tuhan Saat Kapan Pun, juga Ketika Sibuk”


Pribadi-pribadi yang dekat dengan Allah

Daud
Apakah yang diketahui orang tentang Daud? Ia seorang raja, salah satu raja Israel yang terkenal. Ia memerintah cukup lama, tetapi takhtanya tak didapatnya dengan mudah. Berliku-liku jalannya. Ia sangat dimusuhi Saul, raja pertama, yang juga adalah mertuanya sendiri. Sepanjang hidupnya, ia mengalami banyak peperangan, dan beberapa kali ia melakukan pelarian. Ia pun tak jarang menghadapi krisis-krisis dalam rumah tangga ataupun pemerintahannya. Lebih dari sekali pemerintahannya dirongrong secara hebat oleh perbuataan makar, di antaranya oleh anaknya sendiri, Absalom. Akan tetapi, ia dikenal sebagai penulis ribuan mazmur. Sebagian besar di antaranya justru dibuat dalam keadaan yang tak biasa. Di tengah-tengah medan pertempuran, dalam pelarian diri, atau di tempat persembunyian. Daud dipuji Tuhan sebagai orang yang berkenan di hati-Nya. (Kis. 13:22)

Musa
Dikenal sebagai pemimpin besar Israel. Ia memimpin  bangsa Israel keluar dari Mesir. Ratusan ribu orang dipimpinnya, bahkan mungkin lebih sejuta orang dalam perjalanan panjang, puluhan tahun. Urusan logistik untuk orang sejumlah itu tidaklah mudah. Tentu ia menjadi punya banyak sekali urusan dan super sibuk. Misalnya urusan menangani perkara-perkara di antara rakyat. Beruntunglah Yitro, mertuanya menasihati agar ia melakukan pendelegasian.  Akan tetapi, Musa dikenal sebagai sahabat Allah. (Bil. 12:7-8)

Daniel
Ia adalah pejabat tinggi dalam tiga rezim pemerintahan kerajaan yang besar. Ia birokrat ulung dalam pemerintahan, tanpa cacat cela.Urusannya tentu meliputi banyak bangsa dengan kebudayaan dan bahasa yang bermacam-macam. Wilayah urusannya pun tentu sangat luas, meliputi beberapa negara modern pada masa kini. Sibukkah ia?
Sekalipun demikian, pada masa pemerintahan Raja Darius ia dikenal secara luas sebagai orang yang saleh, bertakwa. Ia dikenal teratur menjalankan ritual ibadahnya. Tentu bukanlah sekadar ritual. Ia dianugerahi Allah mendapat suatu pewahyuan ilahi yang dahsyat!

Paulus
Seorang petualang besar dalam medan misi. Rasa-rasanya seluruh Kekaisaran Romawi yang luas itu telah dijelajahinya. Ia pernah tinggal di banyak kota atau daerah. Bermacam bangsa ditemui. Jemaat Tuhan pun didirikan di mana-mana, dan urusan besar menyangkut kehidupan jemaat bermunculan. Ia harus menangani semuanya itu! Sementara itu, ia juga adalah pekerja seperti orang kebanyakan. Ia pembuat kemah, membuat dan menjual kemah untuk kecukupan diri, bahkan untuk teman-temannya juga. Kehidupan macam apakah yang terlihat dari luar? Sibuk?  Akan tetapi, ia dengan yakin dapat berkata bahwa ia memiliki pikiran Tuhannya, Yesus Kristus! (1 Kor. 2:16)

Mereka semua tentu sibuk. Namun, mereka semua dikenal sebagai pribadi-pribadi yang dikenal dekat dengan Allah.


Satu Pelajaran yang dapat diperoleh
Tuntutan atau beban kehidupan masa kini, lebih-lebih di kota besar, membuat orang sedemikian sibuk. Keadaan semacam ini mungkin tak terhindarkan, dan masyarakat banyak memang mengalaminya. Kita pun tak terlepas darinya. Tentu sekalipun kita sibuk, seharusnya kita tetap  berteman dekat dengan Tuhan. Bagaimana bisa?
Integrasikan kesibukan kita ke dalam kehidupan yang beribadah kepada Tuhan. Ingatlah bahwa Daud membuat mazmurnya yang banyak itu, justru di tengah sengitnya pertempuran, di tengah mencekamnya suasana pelarian. Itu berarti ia bermeditasi, berdialog dengan Tuhan, merenungkan firman Tuhan yang telah diketahuinya, dan akhirnya menulis mazmur-mazmur itu, semuanya dalam kesibukan semacam itu. Paulus, ketika menangani urusan jemaat, mungkin terbiasa bertanya-tanya bagaimana seandainya Kristus sendiri memikirkan hal itu.

Satu patokan yang baik dalam usaha mengintegrasikan diri kesibukan kita menjadi kehidupan utuh kita yang beribadah pada Tuhan, sebagaimana tekad Paulus berikut ini:

Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup
dengan hati nurani yang murni
di hadapan Allah dan manusia.
(Kis. 24:16)

Dengan demikian kita akan terhindar dari keadaaan yang sedemikian sibuk tanpa terkendali, sekalipun kita merasa bahwa hubungan kita dengan Tuhan tetaplah baik. Kita pun tetap dapat berawas-awas seperti Yesus, bertindak menarik diri sementara waktu dari kesibukan bila perlu. Kita pun bijaksana, bila dapat tetaplah memiliki ritual ibadah yang teratur seperti diperlihatkan oleh Daniel.

Rabu, 19 Maret 2014

Kehidupan saya berarti

“ Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tidak kelihatan, 
karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tidak kelihatan adalah kekal.”
(2 Kor. 4:18) 

 
Sebelas hal membuat hidup saya terasa berarti:

1. Akhir kehidupan saya, yaitu kehidupan yang kekal bersama Tuhan Yesus (1 Yoh. 5:11-13). Saya tahu bahwa saya telah memiliki hidup yang kekal dan akan menjalaninya bersama Tuhan Yesus sampai selama-lamanya, dan saya percaya akan adanya kehidupan ini.

2. Kenyataan bahwa saya adalah anak Allah (Yoh. 1:12). Ini merupakan sebutan yang amat membanggakan. Kehidupan saya terasa berarti bila saya mengingat kasih dan perhatian Allah, pemeliharaan-Nya, didikan-Nya, juga perlindungan-Nya yang dinyatakan dalam kesetiaan-Nya oleh karena Dia adalah Bapa. Saya juga berhak atas warisan-Nya.

3. Hidup saya sekarang merupakan anugerah Tuhan (Gal. 2:19b-20; 1 Kor.8:6). Sebagaimana pengakuan Paulus, kehidupan saya sekarang ini dan nanti semata-mata karena Yesus yang telah menebus saya dengan kematian-Nya. Saya merasa kehidupan saya begitu berarti karena saya mendapatkan kehidupan saya dalam kematian Yesus Anak Allah.

4. Keikutsertaan saya untuk ambil bagian dalam pembangunan Kerajaan Allah, memenuhi Amanat Agung Kristus. Pekerjaan yang mahabesar dan mulia dalam segala masa, dan yang juga memberi upah kekal adalah pembangunan Kerajaan Allah. Saya merasa diri dan hidup saya berharga karena terlibat dalam pekerjaan ini. Saya percaya nilai pekerjaan ini memang demikian.

5. Kesadaran bahwa Tuhan Yesus menyertai saya senantiasa (Mat. 28:18,20). Disertai Yesus berarti pula disertai kuasa yang besar, yang sanggup membuat segala sesuatu menjadi mungkin. Oleh kuasa-Nya, Roma dimenangkan oleh Injil Kristus. Oleh kuasa-Nya pula, generasi demi generasi dalam setiap bangsa, suku, kaum, dan bahasa dipersembahkan bagi Anak Domba, sekalipun hanya berawal dari sebelas murid yang sederhana dari bangsa terjajah! Selain itu pribadi Kristus sendiri merupakan “kekayaan”yang sangat berharga. Jadi di mana pun, dalam keadaan apa pun kesadaran ini membuat saya merasa hidup berarti. 

6. Amanat Agung Kristus (Mat. 28:19-20) pasti akan digenapi (Why. 7:9). Investasi saya dalam pemenuhan Amanat Agung Kristus, bukanlah suatu spekulasi. Jadi, saya merasa hidup saya berarti karena selama saya hidup saya ikut dalam suatu pekerjaan yang pasti menghasilkan sesuatu yang bernilai di hadapan Allah, yaitu jiwa-jiwa manusia. Kalaupun apa yang saya lakukan dalam jangka waktu yang lama bahkan mungkin seumur hidup saya seolah-olah tidak menghasilkan buah pelayanan seperti halnya yang sempat dialami oleh William Carey, hal itu tidak membuat saya merasa kurang berarti.

7. Pengenalan saya akan Yesus dan juga kesempatan untuk  memperkenalkan Dia (Flp. 3:8; 2 Kor. 2:14). Saya merasa amat bersukacita ketika Allah berkenan memakai saya untuk menolong orang-orang lain mengenal Yesus dan menikmati kehidupan dalam kelimpahan-Nya (Yoh.10:10).

8. Tantangan untuk terus hidup menghasilkan buah (Yoh. 15:16; Flp. 1:22). Tantangan ini membuat saya bergairah menjalani kehidupan. Ketetapan hati Paulus, yaitu  bahwa apabila ia hidup berarti ia harus memberi buah, sangat mempengaruhi hati saya oleh karena pekerjaan Roh Kudus dalam diri saya.

9. Pengharapan yang pasti bahwa saya akan mendapatkan bagian kekayaan kemuliaan Allah (Ef. 1:18-19). Saya percaya bahwa hal-hal yang saya kejar selama hidup ini nyata, walaupun tidak kelihatan,  dan saya akan mendapatkannya. Ketika saya membayangkan apa yang pasti akan saya peroleh nanti, saya merasa hidup ini begitu berarti.

10. Saya akan menjadi warga kota Yerusalem baru, yang keindahan dan kemegahannya tak terkatakan (Why. 21:27). 

11. Keyakinan bahwa saya sedang hidup sesuai dengan rencana Allah, melakukan pekerjaan baik yang telah dipersiapkan-Nya (Ef. 2:10 ; Yak. 4:15).


Sebuah refleksi di Kota Gudeg, 19 Mei 1996.


Hari ini, 20 Maret 2014,  ...
 

Minggu, 23 Februari 2014

KEBERADAAN TIAP ORANG DALAM JEMAAAT ATAU KOMUNITAS


 Bacaan: Rm. 16:1-16

Salam kepada Trifena dan Trifosa, yang bekerja membanting tulang dalam pelayanan Tuhan. Salam kepada Persis, yang kukasihi, yang telah bekerja membanting tulang dalam pelayanan Tuhan. (Rm 16:12)

Buket di mimbar dan di depannya itu indah nian. Macam-macam bunga asli, segar, yang dirangkai demikian padu. Selalu ada dalam setiap kebaktian. Sudah belasan tahun. Ketika jemaat masih sedikit dengan ratusan orang dan gedung kecil. Hingga kini, gedong besar beberapa lantai dengan ribuan jemaat. Ada rasa kosong, kaku, seandainya buket-buket itu tak ada. Buket-buket itu disiapkan dan diberikan oleh seorang Ibu atas tanggungannya sendiri. Sebutlah Ibu itu, Ibu Dewi.

Dalam perikop ini, Paulus menyebut lebih dari 25 nama orang Jemaat Roma. Kebanyakan nama, orang-orang biasa saja. Bukan orang-orang terkenal. Mereka diingat dan disebut, satu per satu dengan keberadaanya masing-masing dalam jemaat. Ketika surat Paulus ini dibacakan dalam pertemuan jemaat, bagaimanakah perasaan mereka ketika mendengar namanya disebut dalam surat itu? Bayangkanlah seandainya kita adalah salah satu di antara nama-nama yang disebut itu.  Wow!

Keberadaan tiap orang dalam jemaat beragam. Ada yang menonjol. Ada yang bekerja keras dalam pekerjaan pelayanan Tuhan, seperti Trifena dan Trifosa.  Banyak juga yang tampak biasa. Mengerjakan hal-hal kecil, remeh dalam jemaat.  Tetapi, Paulus tentu akan juga menulis “salamku juga untuk Ibu Dewi yang selalu menyiapkan buket indah dalam tiap-tiap pertemuan ibadah kita”.  Seandainya ia menulis surat pada Jemaat Ibu Dewi berada, pada zaman ini.