Bacaan: Rm. 16:1-16
Salam kepada Trifena
dan Trifosa, yang bekerja membanting tulang dalam pelayanan Tuhan. Salam kepada
Persis, yang kukasihi, yang telah bekerja membanting tulang dalam pelayanan
Tuhan. (Rm 16:12)
Buket di mimbar dan di
depannya itu indah nian. Macam-macam bunga asli, segar, yang dirangkai demikian
padu. Selalu ada dalam setiap kebaktian. Sudah belasan tahun. Ketika jemaat
masih sedikit dengan ratusan orang dan gedung kecil. Hingga kini, gedong besar
beberapa lantai dengan ribuan jemaat. Ada rasa kosong, kaku, seandainya
buket-buket itu tak ada. Buket-buket itu disiapkan dan diberikan oleh seorang
Ibu atas tanggungannya sendiri. Sebutlah Ibu itu, Ibu Dewi.
Dalam perikop ini, Paulus
menyebut lebih dari 25 nama orang Jemaat Roma. Kebanyakan nama, orang-orang biasa
saja. Bukan orang-orang terkenal. Mereka diingat dan disebut, satu per satu
dengan keberadaanya masing-masing dalam jemaat. Ketika surat Paulus ini
dibacakan dalam pertemuan jemaat, bagaimanakah perasaan mereka ketika mendengar namanya
disebut dalam surat itu? Bayangkanlah seandainya kita adalah salah satu di antara nama-nama yang disebut itu. Wow!
Keberadaan tiap orang dalam
jemaat beragam. Ada yang menonjol. Ada yang bekerja keras dalam pekerjaan
pelayanan Tuhan, seperti Trifena dan Trifosa. Banyak juga yang tampak biasa. Mengerjakan hal-hal kecil,
remeh dalam jemaat. Tetapi, Paulus
tentu akan juga menulis “salamku juga untuk Ibu Dewi yang selalu menyiapkan
buket indah dalam tiap-tiap pertemuan ibadah kita”. Seandainya ia menulis surat pada Jemaat Ibu Dewi berada, pada
zaman ini.